Sensor EOT dan ECT Rusak: Akibat Fatal yang Perlu Diwaspadai

Ade Handoko

Pendahuluan

Sensor Engine Oil Temperature (EOT) dan Engine Coolant Temperature (ECT) berperan penting dalam menjaga performa dan kesehatan mesin kendaraan. Namun, apa yang terjadi jika kedua sensor penting ini mengalami kerusakan? Akibatnya bisa sangat fatal dan berdampak buruk pada mesin.

Fungsi Sensor EOT dan ECT

Sensor EOT mengukur suhu oli mesin. Informasi ini sangat penting untuk mengontrol sistem pelumasan mesin. Ketika suhu oli terlalu tinggi, sensor EOT akan memberikan sinyal kepada Engine Control Module (ECM) untuk meningkatkan aliran oli dan mendinginkan mesin.

Sensor ECT mengukur suhu cairan pendingin mesin. Informasi ini digunakan untuk memantau sistem pendinginan dan mengatur suhu mesin. Ketika suhu cairan pendingin naik, sensor ECT akan memberikan sinyal kepada ECM untuk mengaktifkan kipas pendingin dan memompa lebih banyak cairan pendingin.

Akibat Kerusakan Sensor EOT

Kerusakan sensor EOT dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada mesin:

  • Pelumasan yang Tidak Memadai: Sensor EOT yang rusak dapat mengakibatkan suhu oli menjadi terlalu tinggi, yang menyebabkan pelumasan yang tidak memadai. Hal ini dapat menyebabkan keausan pada komponen mesin, peningkatan gesekan, dan kerusakan mesin yang parah.
  • Penyumbatan Oli: Suhu oli yang tinggi juga dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran oli, yang menghalangi aliran oli ke komponen mesin yang penting. Hal ini dapat menyebabkan keausan dini dan kerusakan mesin.
  • Peningkatan Emisi: Sensor EOT yang rusak dapat menyebabkan peningkatan emisi karena suhu oli yang berlebihan dapat mempercepat penguapan oli.

Akibat Kerusakan Sensor ECT

Kerusakan sensor ECT juga dapat berdampak buruk pada mesin:

  • Overheating: Sensor ECT yang rusak dapat mencegah sistem pendinginan bekerja dengan benar, yang menyebabkan mesin menjadi terlalu panas. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada komponen mesin, termasuk kepala silinder dan gasket kepala silinder.
  • Kerusakan Kipas Pendingin: Sensor ECT yang rusak dapat menyebabkan kipas pendingin tidak menyala saat diperlukan, yang memperburuk kondisi overheating.
  • Pengurangan Performa: Suhu mesin yang tinggi dapat mengurangi performa mesin dan menyebabkan masalah seperti knocking dan penurunan efisiensi bahan bakar.

Gejala Kerusakan Sensor EOT dan ECT

Beberapa gejala umum kerusakan sensor EOT dan ECT meliputi:

  • Lampu Mesin Periksa Menyala: ECM dapat mendeteksi sinyal yang tidak normal dari sensor yang rusak dan menyalakan lampu Mesin Periksa.
  • Pengukur Suhu Mesin Tidak Akurat: Pengukur suhu mesin dapat memberikan pembacaan yang tidak akurat jika sensor EOT atau ECT rusak.
  • Mesin Berlebihan Panas: Overheating mesin adalah tanda umum dari sensor ECT yang rusak.
  • Mesin Sulit Dihidupkan: Suhu oli yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah start mesin jika sensor EOT rusak.
  • Peningkatan Emisi: Emisi yang meningkat dapat mengindikasikan sensor EOT yang rusak.

Diagnosis dan Perbaikan

Mendiagnosis dan memperbaiki sensor EOT dan ECT yang rusak relatif mudah. Mekanik yang berkualifikasi dapat menggunakan alat diagnostik untuk memeriksa sinyal dari sensor dan menentukan apakah sensor tersebut rusak. Sensor yang rusak harus segera diganti untuk mencegah kerusakan mesin yang lebih lanjut.

Pencegahan

Untuk mencegah kerusakan sensor EOT dan ECT, pemilik kendaraan harus:

  • Melakukan perawatan mesin secara teratur, termasuk penggantian oli dan cairan pendingin.
  • Menggunakan oli dan cairan pendingin berkualitas tinggi.
  • Menghindari mengemudikan kendaraan dalam kondisi suhu ekstrem.
  • Mengatasi masalah sistem pendingin atau pelumasan segera.

Dengan memelihara sensor EOT dan ECT dengan baik dan memperhatikan gejala kerusakan, pemilik kendaraan dapat membantu mencegah akibat yang serius dan menjaga performa mesin yang optimal.

Also Read

Bagikan:

Ads - Before Footer